Yah, temani aku tidur......... (2) *end*
Wednesday, February 11, 2009 Diposkan oleh Arul
Kisah
GACIL = si “Gajah Kecil”
Di sebuah hutan yang lebat disiang hari, nampak seekor anak gajah sedang asyik bermain sendirian.
Gajah Kecil atau ‘Si Gacil’ begitu ia biasa di panggil, kali ini benar-benar sendiri. Biasanya ia bermain bersama teman-temannya, ‘harcil’ atau harimau kecil, ‘kucil’ atau kuda kecil, dan si embe anak kambing, mereka adalah anak-anak yang lucu. Mereka tidak muncul siang ini, ‘kenapa yah….?’ guman si Gajil merasa kesepian.
‘O, ya…aku aku tahu…mereka pasti sudah tertidur pulas….karena ini memang waktunya tidur siang…’ lanjutnya.
Siang ini ia harus melewatinya sendirian, ia terus bermain meski semua teman-temannya sedang asyik tidur dirumahnya masing-masing, sementara si Gajil terus menyelusuri rimbunan pohon-pohon kecil. Ia terlihat begitu gembira.
‘Ssssst…… diam, jangan bersuara….lihat dibawah
‘iya…aku lihat…aku lihat……” jawabnya sambil terus membidikan senjata. Keduanya terus mengamati.
‘jangan tembak… jangan tembak…….!’
Teriakan itu membuat kaget kedua pemburu liar tersebut.
‘ini aku….si Gacil…..aku hanya anak-anak……jangan tembak…!” teriak si Gacil ketakutan. Ia tahu kalau pemburu itu membidikkan senjata kearahnya.
“diam kamu…! jangan bergerak…!” , bentak pemburu liar, seraya menghampiri si Gacil yang menggigil ketakutan. Kedua pemburu kemudian mengambil seutas tali dari dalam tasnya dan segera mengikat Gacil yang sudah tidak berdaya.
Dengan cepatnya pemburu itu menyeret Gacil ke dalam sebuah mobil bak terbuka untuk segera diangkut ke suatu tempat.
“Wusss…..” mobil itu melaju kencang membawa Gacil yang terikat pergi keluar hutan entah kemana ia dibawa.
Ditengah perjalanan, mobil pembawa Gacil berpapasan dengan seekor burung Pipit yang pulang sehabis mencari makan. “Toloong, toloong….!” Gacil terus berteriak sambil menangis sepanjang jalan.
Teriakan itu tak sia-sia rupanya, karena si burung Pipit mendengar dan mengenali kalau suara tersebut adalah suara Gacil, lantas ia berbalik arah dan mengikuti kemana sumber suara tadi.
“O, ya itu dia……hey….gaciil…..gaciil…..!” teriak si Pipit. “kenapa kamu….?! sambungnya. Si Pipit terus bertanya sambil mengikuti mobil yang bergerak kencang.
“aku diculik….aku diculik…!” sahut si Gacil dari atas mobil
“tolong beritahu orang tuaku….dan kawan-kawan di hutan…!”
“baik Gacil…, kamu tenang aja….saya akan panggil teman-teman di hutan…! kata si Pipit sambil cepat melesat pergi meninggalkan si Gacil dan pergi ke hutan.
Ucapan si Pipit sangat menenangkan si Gacil yang dari tadi terus berteriak ketakutan sekarang ia terdiam menunggu teman-temannya menolong.
Sesampai di hutan si Pipit langsung menemui Singa si Raja Hutan,
“Tu..tuanku….tad…tadi……!”
“kenapa kamu….…?, tenang….tenang saja dulu…” sahut sang Raja dengan suara parau penuh wibawa.
Kemudian ia menyuruh si Pipit untuk minum terlebih dahulu sebelum ia bicara.
“sudah tenang..?” tanya sang Raja.
“sudah, sudah…tuanku” sahut si Pipit
“Nah sekarang kamu ceritakan apa yang terjadi…”
Dengan menggebu-gebu si Pipit bercerita perihal penculikan Gacil yang ia saksikan tadi. Si Raja mengerti apa yang disampaikan, lantas ia langsung memerintahkan si Pipit untuk segera memberitahukan orang tua si Gacil.
“saya juga minta seluruh penghuni hutan untuk berkumpul jam 7 pagi besok di lapangan…!” perintah sang Raja.
Setelah si Pipit memberitahukan orang tua si Gacil, kemudian satu persatu ia datangi dan memberitahu keseluruh penghuni hutan seperti, Badak, Kuda, Monyet, Jerapah dan lain-lainnya agar berkumpul di lapangan pada pukul 7 pagi sesuai perintah sang Raja.
Tepat pukul 7 pagi, hampir seluruh penghuni hutan semua berkumpul. Sebagian dari mereka bertanya-tanya, ada apa sehingga mereka harus berkumpul pagi-pagi begini.
“Saudaraku semua…! “ suara itu terdengar penuh wibawa, membuat seluruh yang hadir terdiam mendengarkan.
“hari ini kita berkumpul…untuk menolong si Gacil yang sedang di culik oleh pemburu….”
“kita harus menyerang tempat persembunyiannya…!” sambung Sang Raja.
“ Siaap….!” sambut semua hadirin serentak penuh semangat.
Setelah memberikan beberapa wejangan, sang Raja memberi aba-aba komando untuk penyerangan. Spontan saja mendapat reaksi dari sebagian penghuni hutan yang hadir saat itu untuk melaksanakan perintah sang Raja dengan membentuk barisan yang rapih.
“Maju!” perintah terdengar, diiringi dengan suara gemuruh sekelompok hewan bergerak menuju tempat persembunyian para pemburu liar. Gajah, badak, kuda, jerapah dan hewan besar lainnya berada dalam barisan kedua, sementara monyet, kijang, domba hutan, rusa dan lainnya berada dalam barisan pertama dan yang terdepan adalah sang komando yaitu Singa sang raja. Tak luput barisan burung-burung, setia mengawasi pasukan tersebut tepat diatas sekawan hewan dibawahnya, ada rajawali, garuda, elang, betet, pipit beserta yang lainnya.
Sampailah mereka, pasukan yang dipimpin Singa di tempat persembunyian pemburu liar.
“Tahan!” kata sang raja. Serentak barisan yang sedang berjalan, berhenti menunggu perintah berikutnya.
Terihat si Gacil berada dalam kerangkeng menangis dan berteriak minta tolong. “Tolong…tolong….lepaskan aku teman-teman..!” teriaknya.
Lalu terdengar “seraaang…!” . Suara itu terlepas dari mulut sang raja, kemudian pasukannya menyerang pondok yang berada disisi kerangkeng tempat dimana Gacil ditahan. Sementara sebagian lagi merusak kerangkeng untuk melepaskan si Gacil, terutama orang tua Gacil membongkarnya dengan semangat karena ingin cepat-cepat anaknya itu bebas.
Melihat situasi yang sudah kacau balau, kedua pemburu liar keluar dari pondoknya dan lari tungganglanggang & sekencang-kencangnya meninggal pondok tersebut untuk menyelamatkan diri, lari…entah kemana.
Badak, jerapah, kuda , gajah dan hewan besar lainnya punya andil besar dalam merobohkan pondok itu. Mereka masing-masing menggunakan semua kekuatannya.
Dalam waktu yang singkat si Gacil sudah berada dalam pelukan ibunya, dan pondok itupun luluhlantak oleh serangan hewan-hewan tadi.
“sudah-sudah….semua kembali ke barisannya masing-masing!” perintah sang raja.
Setelah barisan terbentuk rapih, sang raja berkata:
“terimakasih, atas bantuan saudara-saudaku semua…….”
“tugas kita sudah selesai untuk membebaskan si Gacil……dan menghancurkan pondok pemburu liar itu!”sambungnya.
“juga pada kesempatan ini, saya pesan kepada anak-anak…… jika waktunya tidur siang…. jangan lagi ada yang bermain, apalagi bermain sendiri….kalian harus tidur…harus mentaati perintah orang tua….” tegas sang raja
“kita harus belajar banyak dari peristiwa ini……!” sambungnya lagi, yang diamini oleh semua.
Setelah itu raja memerintahkan pasukannya kembali kedalam hutan. Saat itu pula hewan-hewan itu kembali ke hutan untuk melakukan tugasnya masing-masing.
Dengan demikian berakhirlah kisah si Gacil ini.
0 komentar:
Post a Comment